HeadlineNasionalNUSANTARAPalembangSUMSEL

OPINI NATAL: Dia Yang Datang, Akan Lahir Dalam Keluarga Kita

Oleh : Andreas Daris Awalistyo S. Pd
Umat Paroki Gereja Santo Yoseph Palembang

“Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud” (Luk 2:11). Gloria In Excelcis Deo. Inti perayaan Natal dari dahulu kala sampai saat ini tidak berbeda yaitu perayaan Kelahiran Yesus Kristus Sang Juru Selamat. Namun setiap tahunnya kita memaknai secara berbeda sesuai dengan situasi dan kondisi yang dirasakan atau dialami. Natal bukan semata mengenang kelahiran Yesus sebagai bayi di atas palungan, tetapi juga kehidupan Yesus yang penuh hikmat dan dicurahi Roh Kudus. Ia datang membawa Tahun Rahmat Tuhan (bdk. Luk 4: 18-19).
Natal yang agung harus menjadi kesempatan bagi umat Kristiani untuk merenungkan bagaimana kita harus menyambut serta menghayati kehadiran Tuhan yang ingin mengubah kegelapan menjadi terang, kebencian menjadi kasih, dan menerima perbedaan dengan sikap saling menghormati. Merayakan Natal dalam terang kehadiran Ilahi yang menawarkan persahabatan berlandaskan cinta kasih merupakan panggilan bagi kita untuk keluar dari sekat-sekat suku, budaya, agama, dan lain-lain. Bagi umat Kristiani panggilan tersebut merupakan suatu panggilan untuk menjadi murid sejati, yang mempraktikkan cinta kasih dalam kehidupan sehari-hari bersama keluarga, Gereja, dan masyarakat.
Keluarga adalah Sarana Memahami Allah.
Karena Putera Allah dalam mewahyukan diri Allah lahir dalam keluarga, maka logikanya kita hanya akan dapat memahami dengan baik siapa Allah kita melalui keluarga. Sebutan “bapa, putera atau anak, kasih, cinta, perjanjian, persekutuan, kelahiran” adalah istilah-istilah dalam keluarga. Manusia yang hidup berkeluarga tanpa perkawinan dan maupun perkawinan tanpa keluarga adalah manusia hedonis yang hidup hanya dan melihat segala sesuatu dari sudut dirinya, dari sudut materi, dari sudut duniawi. Manusia demikian tidak akan mempunyai kepekaan akan Allah dan karena itu akan tidak beriman. Jika dunia ke depan dihuni oleh manusia-manusia yang mempunyai sikap dan pandangan hidup demikian, kita bisa membayangkan akan menjadi seperti apa masyarakat manusia pada masa yang akan datang. Maka seperti kesetiaan Allah mengungkapkan ke-allah-an-Nya; keutuhan keluarga dan kesetiaan relasi anggota-anggota keluarga mengungkapkan predikat manusia sebagai mahluk Allah, sebagai “kekasih” Allah, sebagai mahluk bermartabat mulia. Perlunya mempertahankan keutuhan keluarga kita mempertahankan dan memuliakan kemanusiaan kita. Masa depan Gereja dan bangsa sungguh tergantung pada keutuhan keluarga. Tanpa keutuhan keluarga tidak bisa dibayangkan adanya Gereja dan bangsa yang bermartabat di masa depan.

Ketika orang Majus dari Timur dengan bantuan bintang datang untuk menyembah-Nya dan mempersembahkan emas, kemenyan, dan mur. Dan setelah mengalami sukacita dalam perjumpaan yang istimewa tersebut, orang-orang bijak itu kembali ke negerinya melalui jalan lain seperti yang ditunjukkan Tuhan (bdk. Mat. 2:12). Mereka mampu melewati tantangan, hambatan, dan kesulitan dalam perjalanan mereka mencari Yesus dan setelah berjumpa dengan-Nya mereka juga berani menempuh jalan baru yang belum tentu lebih mudah dari sebelumnya.Dengan demikian, Natal juga mengajak kita untuk menemukan jalan baru dan kreatif dalam mewartakan kasih-Nya kepada sesama dan semua makhluk ciptaan. Kehadiran Sang Kasih Sejati yang menyelamatkan kita harus terus diwartakan. Berbagai kemajuan teknologi informasi dan komunikasi sebagai karya manusia seharusnya dimanfaatkan untuk memuliakan Allah dengan membangun tata kehidupan bersama yang penuh kasih.

Maka kelahiran-Nya sesungguhnya kita merayakan kehidupan. Kita merayakan bukan hanya kehidupan Putera Allah sebagai manusia, melainkan juga kehidupan setiap kita manusia. Setiap manusia mempunyai hak untuk hidup. Hak hidup itu adalah untuk melangsungkan kehidupan yang telah dianugerahkan Allah pada setiap manusia (bdk Maz 139: 13). Hak hidup adalah hak paling dasar setiap manusia. Dengan hak hidup berarti tidak seorangpun, juga anak-anak yang belum lahir, tak seorangpun boleh dikurbankan untuk kepentingan atau kesejahteraan dan kebahagiaan orang lain. Sebaliknya, dengan hak hidup yang ada pada setiap manusia, maka setiap orang harus menghormati dan menghargai orang lain, membantu dan merawat kehidupan orang lain, menjaga keamanan dan memberikan kesejahteraan hidup orang lain.

Kasih Allah yang hadir dalam peristiwa Natal ini memanggil kita untuk peduli pada sesama Berlandaskan iman yang teguh dan kasih yang tulus kita bersama-sama dapat menumbuhkan harapan dan semangat saudara saudari kita untuk kembali melangkah dan berjuang meraih mimpi-mimpi yang mungkin telah hilang. Teladan orang Samaria yang tergerak oleh belas kasih untuk menolong korban perampokan (bdk. Luk.10:25-37) perlu dihidupkan dan diwujudkan dalam keseharian kita. Seperti Orang-orang bijak dari Timur yang berjalan bersama-sama mencari Yesus mengajak kita untuk berjalan bersama juga, dalam menemukan kehendak Dia yang “tinggal di antara kita” (bdk.Yoh.1:14) untuk menegakkan Kerajaan Kasih-Nya. Sebagai warga bangsa dan warga Gereja, meskipun kita bhinneka – berbeda agama, suku, golongan, budaya – kita mesti selalu berjalan bersama agar dalam kebersamaan itu mampu menghadapi berbagai macam tantangan dan kesulitan hidup. Berjalan bersama dapat menghasilkan kekuatan yang luar biasa. Oleh karenanya semangat itu perlu ditopang dengan sikap saling memahami, menerima, mendengarkan, dan menghargai kawan seperjalanan yaitu seluruh warga bangsa kita
Marilah kita merayakan Natal bukan hanya dengan nyanyian dan pujian saja, tetapi juga dengan upaya konkret untuk hidup dalam hikmat Allah. Yesus pernah hidup dalam keluarga. Kita juga hidup di dalam keluarga. Maka logikanya keluarga kristiani adalah juga cahaya dunia. Sebab masing-masing keluarga terdiri dari dan dihidupi oleh cahaya-cahaya dunia. Yesus membawa cahaya bagi keluarga. Maka keluarga adalah juga cahaya dunia.

Cahaya Natal menerangi jalan hidup orang lain dengan kebaikan, kesabaran, kegembiraan, dan kemurahan hati serta menyampaikan pesan perdamaian, keadilan, dan cinta kepada dunia. Semoga Natal ini sungguh menjadi saat bagi kita untuk bersukacita dan bergembira. Yesus, Sang Emanuel dan Hikmat Allah bagi kita, sungguh lahir di tengah-tengah keluarga kita dan memimpin kita untuk hidup dalam hikmat Allah. SELAMAT NATAL 2022 DAN TAHUN BARU 2023. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *