OPINI: SMK Menjawab Kebutuhan Dunia Usaha dan Industri
Oleh : Drs. N. Suseno
SEKOLAH Menengah Kejuruan (SMK) oleh sebagian orang masih dipandang sebelah mata. Realita ini memang tidak terlepas dari kondisi SMK yang secara kasat mata memang kurang meyakinkan dan belum dapat menjawab kebutuhan masyarakat, dunia usaha dan industri baik dilihat kondisi fisik maupun out put yang dihasilkan, dan keterserapan tamatannya di dunia usaha dan industri belum menggembirakan, dimana tamatan yang siap kerja masih relatif kecil, sementara bekal yang diberikan untuk ke jenjang pendidikan yang tinggi sangat minim.
Mengapa SMK Dipandang Sebelah Mata ?
Pertama, di era dulu pemerintah kurang memberi perhatian menyeluruh bagi Sekolah Menengah Kejuruan, dan terkesan setengah-setengah sehingga SMK seperti dianak-tirikan, dampak dari kondisi ini sangat luas. SMK yang ada dengan segala keterbatasan terus berupaya menjadi yang terbaik, tetapi kondisi SMK secara umum tetap memprihatikan, dan umumnya masyarakat lebih memilih sekolah yang memiliki daya tarik misalnya SMA walau risikonya harus meneruskan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu kuliah.
Kedua, menyangkut kurangnya pengakuan terhadap karya-karya siswa SMK. Kita tentu ingat mobil SMK yang dirakit peserta didik SMK di Solo, betapa semangatnya mereka dengan keterbatasan sarana prasarana yang dimiliki, mereka berhasil merakit mobil dan mereka beri nama mobil SMK, namun cerita mobil yang awalnya bergema, tetapi akhirnya hilang begitu saja, ini terjadi karena kita sering kurang bangga terhadap produk kita sendiri, pengakuan yang minim ini tentu melemahkan semangat para pelajar SMK tersebut, dengan begitu karya anak- anak bangsa ini sulit untuk terus berkembang.
Ketiga, di masa lalu kebanyakan tamatan SMK belum siap pakai, ini wajar karena masih banyak SMK “sastra” di mana tamatan-tamatannya yang seharusnya berbekal keterampilan-keterampilan ternyata banyak sekolah hanya membekali teori-teori belaka, sehingga ketika berada di dunia kerja mereka tidak siap pakai, sebab keterampilanya sangat minim.
Keempat, masalah gengsi, menyangkut pengetahuan masyarakat tentang SMK selama ini yang kurang. Masyarakat beranggapan lulusan SMK tidak dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi. Sebenarnya anggapan ini keliru. Lulusan SMK juga dapat melanjutkan studi yang dapat membawa mereka ke masa depan yang lebih baik. Hal ini lebih lengkap dengan pandangan kuliah dan gelar itu menjadi penentu (punya gelar bergengsi) sehingga SMK kurang tersentuh oleh masyarakat. Walau sejatinya tamatan SMK memang dipersiapkan untuk bisa bekerja, wira usaha atau membuka lapangan pekerjaan sendiri, namun tamatan SMK juga bisa ke perguruan tinggi.
Bagaimana SMK sekarang ?
Menilai SMK tidak bisa hanya sepotong-sepotong, tetapi harus menyeluruh sehingga arah, tujuan dan sasaran didirikannya SMK menjadi jelas. Maksud diadakannya SMK antara lain adalah untuk menyiapkan tenaga-tenaga kerja tingkat madya, yang terampil, berkarakter dan diharapkan dapat menjawab kebutuhan dunia- usaha atau industri.
Pada beberapa tahun terakhir perhatian pemerintah terhadap SMK memang sangat baik, berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas SDM, dan berbagai bentuk bantuan digelontorkan untuk pengembangan SMK, bahkan promosi SMK semarak di mana-mana juga terlihat di televisi-televisi dengan motto” SMK Bisa, SMK Hebat”. Hal ini semakin memberi ruang dan dorongan semangat para pengelola sekolah-sekolah kejuruan di Tanah Air, untuk terus berbenah menjadi sekolah yang mampu melahirkan tamatan-tamatan yang berkompeten di bidangnya, terampil, berkarakter dan dapat menjawab kebutuhan dunia usaha dan industri.
Kini SMK mulai menunjukkan jati dirinya dan mendapat bentuk sesuai dengan arah dan tujuan awalnya. Sementara itu input dan output tamatan SMK semakin berkualitas dan kesan adanya SMK” sastra” semakin tidak terdengar lagi. SMK terus berupaya menyertakan keterlibatan dunia usaha dan idustri, juga membangun kerjasama dengan Perguruan Tinggi yang relevan untuk memberikan pendampingan, dalam rangka pengembangan vokasi kejuruan. Bentuk kerjasama melalui link and match dengan pengiriman guru magang, peserta didik magang di dunia usaha dan industri, juga hadirnya guru tamu dari dunia usaha dan industri dilengkapi dengan Teaching Factory ( TEFA) dan adanya peningkatan fasilitas-fasilitas pendukung dari pemerintah yang semakin lengkap di berbagai sekolah negeri maupun swasta. Kondisi ini semakin menaikkan kualitas tamatan dan citra SMK di mata masyarakat,
Banyaknya tamatan sekolah menengah atas dengan tingkat kemampuan yang marginal dewasa ini menjadi problematika bagi pendidikan di Indonesia. Masalahnya adalah mereka telah menyelesaikan pendidikan menengah tetapi skill mereka tidak menunjang, sehingga sulit untuk mendapatkan lapangan pekerjaan, apalagi menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Hal ini wajar sebab tamatan sekolah menengah atas memang disiapkan untuk ke perguruan tinggi, dan bukan untuk kerja. Untuk menjembatani kebutuhan tenaga kerja tingkat madya yang profesional, dewasa ini SMK sebagai jalan keluarnya, dan siapa pun dapat belajar di SMK , tentu harus dengan syarat-syarat yang telah ditentukan.
Idealnya tamatan sebuah SMK harus mempunyai keterampilan-keterampilan disesuaikan dengan bidangnya, sebab porsi praktik ketika masih di sekolah diberikan lebih banyak dibandingkan teori, bahkan ahkan peserta didik SMK telah banyak mengenal dunia usaha dan industri, sebab mereka telah dikirim ke sana untuk magang kerja dengan harapan bekal keterampilannya semakin baik dan matang. Maka menjadi aneh kalau ada tamatan SMK yang selesai pendidikan menjadi penganggur, sebab bekal yang diberikan lebih dari cukup, bekerja siap, membuka lapangan pekerjaan siap dan kuliah pun siap.
SMK Bukan Lagi Alternatif, Tetapi Sebuah Kebutuhan
Berbeda dengan dahulu bahwa masuk SMK bagi peserta didik bukanlah sebuah alternatif, juga bukan karena alasan daripada tidak sekolah tetapi memang mereka menjadikan SMK sebagai pilihan utama, karena mereka telah mengetahui keunggulan-keunggulan SMK dan mereka memandang SMK sebagai suatu kebutuhan , maka model promosi, open house bahkan job fair yang dilakukan oleh suatu SMK menjadi tepat dilakukan, ini dimaksudkan untuk lebih memberikan pemahaman yang menyeluruh kepada masyarakat tentang SMK, sehingga mereka tidak salah memilih. Banyaknya tamatan-tamatan SMK yang sukses di masyarakat ataupun di dunia kerja semakin memantapkan seseorang dalam mengambil keputusan ketika ia akan masuk ke sekolah kejuruan tersebut.
Keragu-raguan masyarakat untuk memilih SMK sebagai tempat belajar dan untuk mempersiapkan masa depan anak-anak bangsa semakin tidak beralasan lagi, sebab tujuan didirikannya SMK pada dasarnya untuk menyiapkan generasi penerus yang berkualitas baik intelektual, keterampilan maupun moralnya, sehingga mampu bersaing dalam menghadapi kemajuan zaman yang semakin komplek ini.
Persoalannya sekarang adalah apakah tulisan di atas hanya sebagai suatu pesan sponsor ? Tentu tidak, sebab semua tergantung dari cara kita dalam memaknai SMK itu sendiri, apakah sebagai pengguna jasa SMK atau kita sebagai pengelola baik guru maupun karyawan. Secara jujur keduanya saling memiliki potensi untuk menjadikan SMK maju atau roboh. Maka kemajuan SMK sebenarnya tidak semata-mata hanya karena fasilitasnya atau bantuan-bantuan yang diberikan oleh pemerintah saja, tetapi lebih dari itu peranan guru, karyawan, pengelola dan masyarakat pengguna jasa sangat besar. Keduanya harus saling bersinergi dan tidak bisa dipisahkan.
Ketika memaknai pendidikan SMK tentu, kita akan melihat arah, tujuan dan sasaran dirikannya SMK, sehingga langkah-langkah kita menjadi jelas dan tepat sasaran. Sebagai contoh SMK Xaverius Palembang saat ini sedang berkembang dan terus berbenah diri memaknai pendidikan , dengan tetap tidak meninggalkan semangat pelindungnya Fransiskus Xaverius. Kerjasama dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri ( DUDI ) yang relevan dengan prodi Akuntansi keuangan dan Lembaga, Otomatisasi Tata kelola Perkantoran dan Teknik Komputer Jaringan terus digalakkan. Jiwa kewirausahaan terus ditumbuhkan kepada peserta didik melalui unit produksi yang dimiliki sekolah sehingga tamatan-tamatan SMK Xaverius Palembang mempunyai jaringan tempat magang dan lapangan pekerjaan yang semakin luas dan akhirnya mampu berwirausaha. SMK Xaverius Palembang tidak mau dijuluki SMK sastra, tetapi tetap berkomitmen untuk selalu menjadi SMK berkualitas yang dapat melahirkan putra-putra bangsa terbaik. (Penulis Guru sekaligus Kepala SMK Xaverius Palembang).