HeadlineNasionalNUSANTARAPalembangSUMSEL

Delapan Organisasi Swasta dan Pemerintah Siap Dukung MKM Mandiri di Sumbagsel

PALEMBANG,MEDIASRIWIJAYA – Delapan organisasi pemerintahan, bisnis, dan sosial siap membantu pelaksanaan program Merdeka Belajar – Kampus Merdeka (MBKM) Mandiri di empat provinsi di Sumatera Bagian Selatan, yakni Lampung, Bengkulu, Sumatra Selatan, dan Bangka – Belitung. Hal ini terwujud dari acara Multistekeholder Dialogue (MSD) sosialisasi dan bimbingan teknis (bimtek) MBKM Mandiri yang dilaksanakan dalam Sosialisasi, Bimtek dan MSD yang diselenggarakan di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi APRIN Palembang pada Senin – Rabu, 18 – 20 September 2023.

Sebagai latar belakang, acara Bimtek dan MSD di Palembang adalah bagian dari program nasional akselerasi MBKM Mandiri, yang diselenggarakan oleh Direktorat Belmawa bekerja sama dengan tim Kampus Merdeka Mandiri (KMM). Kegiatan ini akan diselenggarakan di 16 wilayah LLDikti di seluruh Indonesia. Sejauh ini kegiatan ini sudah berjalan di Aceh, Ambon, Banjarmasin, Kupang, Semarang dan Jayapura.

Kesiapan Merdeka Belajar – Kampus Merdeka (MBKM) Mandiri yang diselenggarakan oleh Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) bekerjasama dengan Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah II Sumatera Bagian Selatan serta delapan pihak yang menyatakan komitmennya adalah BRI, PGN, Orbit Future, OKI Pulp and Paper Mills, Toyota 2000, dan South Sumatera American Alumni (SS-AAC), SMA dan SMK Xaverius Palembang. Sosialisasi dan Bimtek MBKM Mandiri diselenggarakan agar Perguruan Tinggi dan para pihak yang terkait mampu untuk melaksanakan MBKM Mandiri di kampusnya masing-masing, bekerja sama dengan para mitra yang siap. MBKM Mandiri diselenggarakan untuk memenuhi hak mahasiswa untuk belajar maksimal dua semester di luar program studinya.

Kepala LLDikti Wilayah II, Iskhaq Iskandar, mengatakan bahwa MBKM sudah berjalan di wilayah LLDikti II, tetapi memang masih harus didorong dan dikembangkan. “Kami, LLDikti II khususnya, mendapatkan mandat agar menjadi katalisator MBKM Mandiri di wilayah tugas kami. Kegiatan MSD ini adalah bagian dari usaha agar MBKM bisa berjalan dengan baik di wilayah LLDikti II,” tutur Iskhaq. Lebih jauh Iskhaq mengatakan bahwa salah satu tantangan pelaksanaan MBKM adalah kurikulum perguruan tinggi yang “terlalu gemuk” dan dianggap sakral. Kurikulum itu terbentuk dari warisan lama yang terus ditambahkan dengan hal yang baru. Karena itu pada tahap pertama perguruan tinggi harus berani melakukan relaksasi kurikulum.
Sementara itu Wakil Kepala Pelaksana Pusat Kampus Merdeka, Amir Mahmud Saatari, mengatakan bahwa kemitraan sangat penting untuk mengkselerasi MBKM Mandiri. “Pepatah mengatakan, kalau mau berjalan cepat berjalanlah sendiri. Tapi kalau mau berjalan jauh, berjalanlah bersama.” Karena itu dia mengharapkan agar kemitraan perguruan tinggi dengan mitra terus diintensifkan.

Beberapa persoalan-persoalan yang diidentifikasi bersama dalam MSD oleh perguruan tinggi dan para mitranya umumnya adalah masalah kemiskinan, kualitas sumberdaya manusia (SDM), potensi wisata yang tidak terkelola, persoalan sampah, dan kualitas udara yang buruk. Dari sejumlah persoalan itu, beberapa kelompok diskusi sepakat untuk menjalankan MBKM dalam bentuk kegiatan pembelajaran seperti Magang, KKN Tematik, dan Proyek Membangun Desa.

Manajer KMM HeruWijayantoAripradono mengatakan bahwa karena perbedaan kebutuhan di masing-masing wilayah LLDikti, maka di sejumlah wilayah diadakan sosialisasi dan bimbingan teknis, sementara di sejumlah wilayah lain diselenggarakan Bimtek dan MSD. “Perbedaan kebutuhan itu bisa terjadi di tingkat LLDikti, perguruan tinggi, atau keduanya,” tutur Heru.
Salah satu hal terpenting dalam MBKM adalah memberi hak kepada mahasiswa untuk belajar di luar program studinya. Dalam konteks itulah perguruan tinggi memerlukan banyak mitra yang mau terlibat dalam dunia pendidikan. ( darisawalistyo)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *