Temu Kangen Alumni Departemen Penerangan (Deppen) Pemprov Sumsel, “Api Sudah Padam tapi Jiwa Tetap Menyala”
PALEMBANG, MEDIASRIWIJAYA – “Tak Lekang Ditelan Usia”. Bisa jadi pepatah ini cocok untuk menggambarkan betapa seru dan penuh kenangan ketika wajah-wajah ini berkumpul, Sabtu (17/12/2022). Meski usia rata-rata sudah di senja namun karena sebagian besar sudah memasuki usia pensiun namun tetap ceria dan penuh canda tawa. Temu Kangen Alumni Departemen Penerangan (Deppen) Pemprov Sumsel digelar sejak sekitar lima tahun lalu pernah berkumpul sebelum masa pandemi Covid 19. “Kita pernah berkumpul sekitar lima tahun lalu kalau tidak salah tahun 2017. Tepatnya tanggal 16 Desember 2017 kami pernah bertemu kangen juga namun waktu itu khusus alumni Kanwil Penerangan Pemprov Sumsel saja. Namun yang sekarang ini sudah lebih banyak yaitu dari kabupaten kota datang seperti dari OKI, Muaraenim dan beberapa daerah lain di Sumsel. Hadir juga dari Bangka Belitung. Alhamdulilah,” ujar salah seorang Panitia Temu Kangen Alumni Deppen Sumsel, Aprilia Nurlela, Sabtu (17/12).
Aprilia Nurlela mengatakan sejak dibubarkan Deppen Pemprov Sumsel dirinya bergabung di Kantor Informasi dan Komunikasi (Inforkom) Pemprov Sumsel dengan tugas-tugas yang masih berhubungan dengan media dan wartawan. Terakhir, Nurlela masih mengurus wartawan ketika kegiatan Pekan Olahraga Nasional digelar di Palembang.

foto-foto: Dok humas alumni Deppen Sumsel.
Tampak hadir di kesempatan ini para alumni Deppen seperti Untung Sarwono yang jabatan terakhirnya sebelum pensiun adalah sebagai Kepala Bagian (Kabag) Humas Pemprov Sumsel. Hadir juga Sulasiman yang terakhir bertugas di Kantor Inforkom Pemprov Sumsel. Ada juga terlihat Syarifuddin dan Drs Syahrulllah yang dulunya bertugas di Deppen Sumsel dan sekarang menjabat Kepala Biro Hukum Pemprov Sumsel.
Tak kalah seru, meski tidak ada sambutan formil, hadir juga Drs Ratu Dewa, M.Si yang sekarang menjabat Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Palembang. Ratu Dewa hadir di acara temu kangen ini tanpa sambutan namun tetap berbaur bercengkrama dan yang paling berkesan adalah foto bersama meski terlihat Ratu Dewa (RD) yang tetap bersahaja dan menghormati para sesepuhnya dengan memposisikan di belakang barisan foto ketika foto bersama.

Keterangan foto: Ratu dewa di tengah para sesepuh alumni Deppen Sumsel.

Keterangan foto: Ratu Dewa (kanan) bersama para alumni Deppen Sumsel.
Hadir juga dari Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) dengan jumlah sekitar 19 orang yang membuat suasana menjadi lebih seru dan penuh kenangan. “Hadir juga sesepuh seperti Zulhimi Cik Din yang dulunya menjabat Kepala Departemen Penerangan Kabupaten Muaraenim. Api memang sudah dipadamkan namun semangat kebersamaan kami tetap menjaga. Sejak Deppen dibubarkan Presiden Gus Dur waktu itu, para pegawai yang tergabung di Kantor Penerangan juga bubar. Ada ke Inforkom, ke Litbang dan ada yang kembali ke kantor Pemda namanya dulu kalau sekarang Pemprov. Namun hikmahnya adalah, dengan dibubarkannya Deppen, banyak yang jadi pejabat karena disebar pemerintah ke mana-mana. Perlu diketahui bahwa karyawan Deppen itu sudah teruji loyalitas kerjanya sehingga ketika dibubarkan dan tersebar di mana-mana maka rata-rata mereka dipercaya memegang posisi atau jabatan tertentu,” kata Nurlela atau yang akrab disapa Lela.

Lela juga mengenang even semasa Departemen Penerangan masih berdiri yaitu salah satu kegiatan yaitu Jambore Penerangan. “Waktu itu Menteri Penerangan RI, Bapak Harmoko. Jambore Penerangan digelar berpindah-pindah provinsi seperti di Medan, Surabaya, Porwokerto dan kota-kota lain di Indoensia. Banyak pertandingan olahraga digelar seperti voli, senam, tenis dan sebagainya. Saya sendiri pernah ikut ke Jawa yaitu ke Purwokerto dan juga pernah ke Surabaya bersama kontingen Sumsel,” ujar wanita yang sampai sekarang masih tetap aktif dan eksis dengan pekerjaannya yaitu sebagai humas di berbagai organisasi seperti BKOW Sumsel ini.

Keterangan foto: Evi, (tengah berbaju pink), alumni Deppen yang terakhir jabatan bertugas di Kantor Balitbangda Sumsel.

Keterangan foto: Aprilia Nurlela (kanan) foto bersama Dewi Sastriana Ratu Dewa (istri Ratu Dewa).
Untung Sarwono pun mengenang masa lalu di Deppen Sumsel. “Dulu kami ni begawe nian. Kalau ada acara seperti pameran pembangunan maka seluruh kru Deppen terlibat. Urusan pameran pembangunan 17 Agustusan, itu urusan Deppen. Kami bekerja tanpa pamrih karena memang masa-masa itu ya seperti itu,” kata Mas Untung yang akrab disapa. Pria yang dikenal “humoris” ini tetap membuat gelak tawa dengan canda-candaannya yang kocak.

Keterangan foto: Untung Sarwono.
Hal yang sama dibenarkan Sulasiman. Pria berkacamata yang terakhir bertugas di Kantor Inforkom Pemprov Sumsel dan masih tetap berhubungan dengan wartawan dan dunia pers ini masih tampak bersahaja. “Deppen itu identik dengan juru penerang. Dulu, gawean kami tu jadi muter-muter film penerangan, itu kayak layar tancap. Yang paling seru kalau mau 17 Agustusan dengan kegiatan pameran pembangunan. Nah itu gawean kami nian,” kata Sulasiman sambil tertawa. (saf)


Keterangan foto: Sulasiman (kanan berbaju putih).
Sejarah Departemen Penerangan
Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur merupakan presiden Indonesia ke-4 yang pernah membubaran Departemen Penerangan. Departemen Penerangan berperan dalam mengontrol dan membina pers, media massa. televisi, film, radio, grafika, percetakan, dan penerangan umum. Pada era Orde Baru, Departemen Penerangan berperan dalam memberedel berbagai media massa nasional. Namun, setelah Orde Baru lengser dan Gus Dur naik sebagai presiden, Departemen Penerangan dibubarkan. Alasan Gus Dur membubarkan Departemen Penerangan karena lembaga itu kerjanya hanya memberi larangan. Pembubaran Departemen Penerangan dibubarkan oleh Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur pada 1999.
Awalnya, Departemen Penerangan dibentuk pada awal kemerdekaan dengan Mr. Amir Sjarifuddin sebagai menteri pertamanya. Pada era Orde Lama dan Orde Baru, Departemen Penerangan banyak mengatur dan membina pers, media massa, televisi, film, radio, grafika, percetakan, dan penerangan umum. Ketika Orde Baru, Departemen Penerangan digunakan untuk membatasi pergerakan media massa atau pers. Hal itu dibuktikan dengan dicabutnya izin beberapa media massa, seperti Harian Kompas, Tempo, dan Majalah Monitor. Namun, setelah Orde Baru runtuh dan Gus Dur naik menjadi presiden Indonesia, Departemen Penerangan dihapus dari dalam kabinet. Adapun Gus Dur beralasan bahwa Departemen Penerangan dianggap terlalu banyak mencampuri urusan pengelolaan informasi yang seharusnya menjadi hak masyarakat. (kompas.com)











