Syukur Atas 94 tahun Kongregasi Frater Bunda Hati Kudus (BHK) Bermisi di Indonesia
PALEMBANG, MEDIASRIWIJAYA – Dirayakan secara sederhana pada Rabu (2/2/2022) di aula SMPK Frater Xaverius 1 Jln Kapten Marzuki 513 Palembang. Perayaan misa syukur dipimpin Mgr Yohanes Harun Yuwono Uskup Keuskupan Agung Palembang dan Romo konselebran Vikjen Rm Felix Astono SCJ, Rm Joko Silvester. Rm Frans de Sales SCJ juga dihadiri Frater Ketua Yayasan Pusat Malang Jawa Timur Fr M Polycharpus BHK, Fr M Raymundus, BHK Sekretaris Yayasan Mardi Wiyata pusat, Pengurus Yayasan Mardi Wiyata sub Perwakilan Palembang. Fr M. Damianus, BHK serta dihadiri para kepala sekolah di bawah naungan Yayasan Mardi Wiyata yang dikelola oleh para Frater Bunda Hati Kudus. Fr M Innocentius BHK Kepala SDK Frater Xaverius 2 dan Fr. M Faustianus, BHK Kepala SMPK Frater Xaverius 1 Palembang serta para guru dengan tetap mengikuti Prokes Covid-19.
Pada kesempatan syukur atas 94 tahun Kongregasi BHK bermisi di Indonesia, 86 th untuk di bumi Sumatera tersebut juga diadakan acara purnabakti bagi tenaga pendidik SD Xaverius 2 dan SMP Xaverius 1 Palembang yaitu A. Daris Awalistyo,S.Pd, Th Suwarni, S.Ag , MM.Dwi Astuti, SE, Al Ngadiyo,S.Pd. Th Pintakaningrum, RA Tuti Windarti, Ruminna Gultom, P Sukirman, Sriyono juga syukur atas 25 tahun pengabdian di Yayasan Mardi Wiyata atau Pesta Perak bagi Ana Yohana ,S.Pd, FX Hermanto, S.Pd, Mathias Krisharjono ( +), Maria Subiyati, EI, Nyoman Gunawan, SAg, Maryono, P. Sugianto, S.Pd, Margono, Junaidi
Sebelumnya Jumat – Sabtu ( 28-29 /1/2021 ) Pendidik dan Tenaga Kependidikan diberikan pembinaan oleh ketua Yayasan Mardi Wiyata yaitu Fr M Polycarpus BHK bertempat di Frateran St Andreas Jln Jendral Sudirman 128 Palembang.
Ketua Yayasan Mardi Wiyata Pusat Malang Frater M. Polycarpus, BHK mengurai perjalanan Kongregasi Frater BHK dari Utrecht Belanda hingga berkarya di bumi Indonesia pada tanggal 02 Februari 1928 di mana pertama kali berkedudukan di Malang. Hadirnya Tarekat BHK tidak terlepas dari keprihatinan Uskup Utrecht Belanda Mgr Andreas Ignatius Schaepman di mana kondisi pendidikan di Utrecht saat itu sangat memprihatinkan. Di sisi lain katanya sekolah katolik tidak memiliki tenaga pendidik yang berkualitas dan terampil untuk membina kaum muda. Akibatnya mutu pendidikan sangat rendah dan terjadi degradasi moral di kalangan kaum muda. “Situasi ini membuat gereja prihatin dan mengetuk nurani uskup Schaepman untuk mendirikan Tarekat Frater Bunda Hati Kudus tanggal 13 Agustus 1873 dengan tujuan menanggulangi masalah pendidikan,” ujar Frater Poli.
BHK memulai karya apostoliknya di Keuskupan Malang dan Surabaya (Jawa) tahun 1928. Mulanya pelayanan pendidikan dikhususkan bagi anak-anak Katolik dari Belanda dan Indo Belanda. Beberapa tahun kemudian pelayanan pendidikan dibuka untuk umum tanpa membedakan Sara. Lanjut Frater Poli, sebelum Perang Dunia II karya Kongregasi dibuka di Kediri dan Palembang- Sumatra. Kemudian ekspansi ke daratan Flores di Ende, Ndao tahun 1947 dengan menangani ELS, ALS, Schackel School. Di Mataloko, Bajawa, para Frater mulai berkarya tahun 1949, di Ndona Ende tahun 1951 serta daratan Timor.
Berkaitan dengan misi BHK di bidang pendidikan Frater Poli mengatakan Yayasan Mardi Wiyata merupakan ujung tombak dari misi BHK. Hal ini nampak di mana Para Frater mengelola 22 Satuan Pendidikan yang tersebar di Jawa Timur, Sumatra, Kalimantan (Nunukan), Sumba, Timor dan Flores, 7 asrama dan 1 museum. “Tantangan kian berat saat ini berkaitan dengan kuantitas, kualitas, regulasi pemerintah dan Covid-19. Yang patut kita maknai adalah semangat misionaris pendahulu,” tegas Biarawan asal Sikka Flores NTT ini. Saat ini tambah dia lagi bekerja harus dalam team work bukan Single fighter. Jika ingin berlari cepat, berlarilah sendiri, tetapi jika kamu ingin berlari jauh, berlarilah bersama- sama, katanya meneguhkan.
Frater M Damianus BHK Kepala Yayasan Mardi Wiyata Sub Perwakilan Palembang berharap kepada para pendidik yang bekerja di Satuan Pendidikan Yayasan Mardi Wiyata untuk tidak menyerah dengan situasi dan kondisi saat ini di era milineal dan digitalisasi, tetapi terus memaknai spiritualitas pendiri kongregasi dan pendahulu, terutama kepada para yubilaris yang dipestakan hari ini baik purnabakti maupun pesta emas, agar semangat Mardi Wiyata terus menyala dan berkobar (daris)
