Webinar Pendampingan Anak Usia Dini dalam Sudut Pandang Psikologi Rohani di Paroki St Yoseph Palembang
PALEMBANG, MEDIASRIWIJAYA – Orangtua mempunyai peran penting dalam menentukan pola, sikap, dan perilaku anak kelak, dalam hubungannya dengan orang lain. Meskipun pola akan berubah dengan bertumbuh dan berkembangnya anak, tetapi pola intinya cenderung menetap , dengan demikian sangat ditekankan bahwa relasi orangtua dan anak yang dibangun sejak dini merupakan hal yang sangat fundamental bagi perkembangan anak. Dari segi rohani tentusaja umat Kristiani yang baru di baptis dewasa ataupun akan menerima baptis perlu pendampingan dari sudut rohani.
Bertempat di aula Pastoran Paroki St Yoseph Jln Jendral Sudirman Palembang pada Minggu, ( 9/1/2022 ) diselenggarakan Webinar bagi orangtua calon katekumen dan umat yang baru saja menerima baptisan. Acara ini diselenggarakan bersama Dewan Pastoral Paroki Santo Yoseph dan RS RK Charitas yang disampaikan oleh Sr. M. Fransita, FCh Psikolog lulusan S1 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta – Fakultas Teologi Wedhabakti dan S2 Universitas Gregoriana Roma-Fakultas Psikologi. Selain bertugas di klinis RS Charitas juga sebagai dosen di Universitas Musi Charitas Palembang, dan Sr. M Stella F.Ch didampingi Sr M Suzana, F,Ch.
Pada pembukaan acara Romo Joko Susanto Silvester Pr selaku pastor Paroki mengajak para orang tua agar senantiasa mndampingi putra-putrinya terutama dalam kehidupan menggereja. Dilanjutkan sharing pengalaman iman oleh B.Mardi Atmoko dan sharing pengalaman hidup dalam mendidik anak oleh T Sulistyo Subandi dan istri. Barulah kemudian di sesi selanjutnya Sr Fransista F.Ch bergantian menyampaikan materi webinar disambung oleh Sr M.Stella F.Ch.
Dalam materi webinarnya Sr Fransista menyampaikan tentang Pola Asuh Anak yaitu bentuk yang diterapkan dalam rangka merawat , memelihara, membimbing, melatih dan memberikan pengaruh, dan orangtua adalah ayah dan ibu yang menjadi pendidik pertama. Ada 3 pola asuh orangtua menurut Hurlock (1999) yaitu Pertama : Pola Asuh Otoriter di mana pola asuh ini yang didasarkan pada aturan yang berlaku dan memaksa anak untuk bersikap dan bertingkah laku, sesuai dengan keinginan orang tua Kedua Pola Asuh Persmisif yaitu Pola asuh orangtua yang memberikan kebebasan penuh kepada anak untuk membuat keutusan sendiri sesuai dengan keinginan dan kemauan/ sekiap acu tak acu terhadap anak, ketiga : Pola Asuh Demokratis yaitu pola asuh yang ditandai dengan sikap orangtua yang mau menerima responsive dan semangat memperhatikan kebutuhan anak dengan disertai pembatasan yang terkontrol Pengaruh Pola Asuh terhadap Kepribadian. Semakin banyak hukuman, semakin anak cenderung menjadi cemberut, keras kepala dan negativistik. Hal ini berdampak pada proses penyesuaian diri dan minat sosial yang jelek. Hal ini sama dengan kepribadian dari anak yang mendapatkan pola asuh orangtua yang permisif. Anak yang mendapatkan pola asuh yang demokratif, maka kemampuan penyesuaian dirinya akan baik dan kemampuan untuk bersosialisasi dengan orang lain juga baik. Sedini mungkin, dengan memperhatikan setiap tahap perkembangan dari anak. Menerapkan pola asuh/ atau disiplin yang demokratif, sehingga ada dialog antara anak dan orang tua dan anak akan bertumbuh dan memiliki karakter yang matang
Sr. M.Stella F.Ch dalam materi yang disampaikan kepada peserta memeberikan solusi hal-hal yang harus dilakukan untuk mendukung Pertumbuhan Anak Usia Dini dengan : Tunjukkan kasih sayang Anda, hargai pencapaiannya, dan bagikan kepuasannya, Bantu anak Anda mengembangkan rasa tanggung jawab: dapatkan bantuan dengan pekerjaan rumah, Bicara tentang sekolah, teman dan apa yang dia harapkan di masa depan. Ikut terlibat, Bicara tentang pentingnya menghormati orang lain. Dorong dia untuk membantu orang yang membutuhkan, Bantu anak Anda menetapkan tujuan yang dapat dicapai: dengan mencapainya dia akan belajar untuk bangga pada diri sendiri dan tidak bergantung pada persetujuan (atau penghargaan) orang lain Ajari mereka untuk bersabar: dengan membiarkan mereka menyerahkan tempat duduk mereka dalam antrean atau dengan melakukan sesuatu sebelum bermain, Dorong dia untuk memikirkan konsekuensi yang mungkin terjadi sebelum mengambil tindakan, Tetapkan aturan yang jelas, seperti waktu yang diperbolehkan di depan TV atau bermain video game atau waktu tidur. Cobalah melakukan hal-hal menyenangkan bersama: beberapa permainan keluarga, momen yang didedikasikan untuk membaca dan berpartisipasi bersama dalam acara (pameran, kunjungan museum dll). Kegiatan diakhiri dengan perayaan Ekaristi bersama. (daris)






